Sebuah kekalahan di babak awal Djarum Indonesia Open Super Series 2013 mengakhiri karir gemilang Taufik Hidayat, pemain yang dipastikan akan dikenang sebagai salah satu legenda bulutangkis di Indonesia.
Taufik, 31 tahun, kalah dari pemain non unggulan asal India B. Sai Praneth 21-15, 12-21, 17-21 di babak pertama turnamen internasional terbesar di negeri ini.
Namun, seperti kata atlet asal Jawa Barat itu usai pertandingan, kekalahan adalah sesuatu hal yang biasa dalam sebuah pertandingan dan tak perlu disesali atau terus ditangisi. Dan, tentu saja, kenangan akan kekalahan di akhir karir profesionalnya tidak akan menghapuskan rentetan prestasi yang pernah ditorehkan salah satu pebulutangkis terbaik di dunia itu.
Sepanjang karirnya yang berawal di tahun 1998, Taufik telah merebut lebih dari 20 trofi individual, termasuk 6 gelar Indonesia Open (1999, 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2006), 3 medali emas Kejuaraan Asia (2000, 2004, 2007) dan 1 gelar juara dunia di Anaheim pada 2005.
Puncak prestasinya adalah saat merebut medali emas Olimpiade Athena 2004 dengan menundukkan tunggal putra Korea Selatan Shon Seung-mo di partai final.
Taufik belum menjelaskan rencana detilnya setelah gantung raket, namun tahun lalu ia membuka Taufik Hidayat Arena, sebuah kompleks olahraga di Ciracas, Jakarta Timur, di mana terdapat 8 lapangan bulutangkis berstandar internasional. (msn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar